“Aku menyayangimu.”
Send.
Pesan yang berisi
pengakuanku itu membuat kita bertemu. Saat turun dari mobil aku melihat sosokmu
duduk di bangku teras sebuah café. Café favorite kita. Kamu menyambutku datang
lalu mempersilahkan duduk.
“Americano?”
Ah.. dasar kau selalu
ingat minuman kesukaanku itu. Meski sudah 5 tahun tidak pernah bertemu. Ada
hening yang tercipta selama beberapa menit. Entahlah mengapa, aku terlalu sibuk
memperhatikanmu. Sosok yang sangat aku rindukan. Kamu tidak berubah sedikitpun.
Matamu masih menghangatkan kalbu. Senyummu tetap menggertarkan hati. Persis seperti
dulu.
“Aku sudah lebih dulu
menyayangimu, Nil.”
Dooooorrrr!!! Hatiku
membeku. Tertembak ucapannya. Seperti ada kembang api yang menyala di dalam dada.
Kembang api yang sangat cantik dan nyaring. Aku membalasnya dengan senyum.
“Maukah kamu menunggu?”
Kembang api dalam hati
habis terbakar. Mungkin aku terlalu bahagia sampai lupa bahwa besok kau akan
pergi belajar ke Inggris. Bertemu untuk berpisah. Apa? Menunggu lagi? Oh..
tenang saja, walau seribu tahun lamanya aku siap.
Flash
Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan
nulisbuku.com #TiketBaliGratis
#nowplaying : TULUS-1000 Tahun lamanya
BalasHapusCinta emang bikin hal-hal membosankan seperti menunggu tetep aja dilakuin yak. \:D/
Yak, seperti menunggu dia.
Hapusmasih bisa skype-an kok walau jarak jauh ><
BalasHapuswalau berapa lama pun kalau sudah ditakdirkan pasti kembali lagi .-.