Minggu, 24 Juni 2018

Drama Korea Terbaru Ayang Seo Joon


Aku masihlah aku yang dulu. Tetap senang menyendiri di kamar, bermain di tepian pantai, kulineran, dan menonton drakor, you name it Drama Korea.

And you know what, di tahun 2018 ini, banyak sekali drakor - drakor bagus. Terhitung dari awal tahun hingga tulisan ini diterbitkan, sudah belasan drakor yang aku tonton. Dan sekarang yang sedang dinanti - nantikan episode demi episodenya adalah “What’s Wrong With Secretary Kim”.





Ada yang ngikutin juga drakor ini? Tos kita.

Drama Korea yang diadaptasi dari serial webtoon ini dibintangi oleh Ayang Seo Joon, Park Seo Joon yang memerankan karakter Lee Young Joon, sebagai wakil presiden sebuah perusahaan yang tampan nan mapan but narsis minta ampun. Lawan mainnya, Park Min Young yang memerankan karakter Kim Mi Soo, sebagai sekretarisnya Lee Young Joon. Sepasang aktor dan aktris ini dipertemukan dalam sebuah judul drama korea, sudah pasti bikin para pecinta drakor klepek-klepek nggak karuan.

Jumat, 30 Maret 2018

Lima Jurus Jitu Tuntaskan Diare

Sudah lebih dari 3 kali aku bolak-balik dari kamar menuju WC, sejak tadi malam hingga subuh ini. Perutku mules dan jika kuketuk dengan kedua jariku, terdengar bunyi ‘tuk tuk’ yang cukup nyaring. Ku pejamkan mata mencoba untuk tidur, namun hasrat untuk buang air besar datang lagi.

“Diare?” Tanya Ibu ketika aku akan menuju kamarku kembali. Mungkin ia terbangun karena mendengar pintu kamarku yang terbanting cukup keras karena aku terburu-buru menuju WC tadi.

Aku mengangguk sambil memegang perutku.

“Sini minum obat dulu” Ucap Ibu yang kemudian mengeluarkan sebutir obat diare dari dalam Box Obatnya, juga segelas air hangat yang ternyata sudah ia siapkan.

Jumat, 09 Maret 2018

Dua Hari ON Terus Bersama NOKIA 2



Aku adalah seorang bidan di daerah perhuluan Ketapang, Kalimantan Barat. Pekerjaan mengharuskanku untuk merantau sekali lagi, setelah sebelumnya merantau karena belajar.

Aku bekerja di sebuah Puskesmas yang terletak disebuah kecamatan pinggiran kota. Butuh waktu sekitar 4 jam untuk menujunya, dengan kondisi jalan yang bergantung pada kondisi alam.

Di desa sekitaran Puskesmas belum masuk aliran listrik dari PLN. Aku dan warga desa hanya dapat menikmati listrik di malam hari pada pukul 17.00 – 24.00 WIB berkat listrik desa yang mesinnya diperoleh dari bantuan pemerintah. Untungnya kami masih dapat merasakan sinyal salah satu provider selular meskipun hanya “edge”.

Sudah 1,5 tahun aku bekerja disana, dengan kondisi sulit air jika tak hujan dalam seminggu, dan handphone mati di saat lagi butuh - butuhnya.

Aku ingat betul, kala itu di awal - awal masa kerja, sekitar pukul tiga siang, pintu rumah (aku tinggal di sebuah rumah dinas di samping puskesmas) diketuk oleh seseorang. Seorang bapak yang mengabarkan bahwa istrinya ingin melahirkan.

Aku berangkat menuju rumah Si Bapak. Dan karena suatu hal aku perlu berkonsultasi dengan Dokter Puskesmas yang kebetulan saat itu sedang berada di Kota. Dengan baterai handphone sisa 5% karena seharian sudah kugunankan, aku berkonsultasi dengan cepat. Belum selesai advice yang disampaikan Dokter, handphoneku sudah mati.

Beruntungnya, Ibu dan Bayi selamat.

Sejak kejadian itu, aku jadi membawa powerbank kemana - mana. Demi kenyamanan berkonsultasi di mana saja dan kapan saja. Maklumlah, baterai smartphone milikku cuma berkisar 2400 mAh dengan masa pakai 12 jam-an saja.

Eh tapi, denger - denger sekarang sudah ada loh handphone / smartphone yang dilengkapi dengan baterai 4100 mAh dengan masa pakai 2 hari hanya dengan sekali pengisian daya. Cocok bangetlah untukku si penikmat listrik jam - jaman. Welcome! please.......

Minggu, 28 Januari 2018

GENG CWEK (Part 1)


Aku duduk pada sebuah bangku panjang milik ibu - ibu penjual es rumput laut, sambil menunggu pesananku selesai dibuat. Ami datang membawa manisan buah yang baru saja dibelinya, lalu duduk di sampingku. Menawarkannya kepadaku dan ku bilang tidak mau.

“Ini, Nak” Ucap Bu Sri seraya memberikan sebungkus es rumput laut lengkap dengan pipetnya.

Aku dan Ami menikmati jajanan masing - masing sambil mengamati setiap kendaraan yang lalu - lalang tak kunjung henti. Berharap Ayah atau Ibu atau siapa saja segera tiba menjemput.

“Hahahaha” Ami tiba – tiba tertawa.
“Kenapa, Mi?” Aku bertanya, keheranan.
“Itu orang yang barusan lewat pake motor, helm-nya lucu”

Lalulah, kami berdua kembali mengamati setiap kendaraan yang lewat di jalan itu. Dan menangkap berbagai hal - hal aneh yang mudah untuk ditertawakan. Membunuh detik demi detik sampai akhirnya Ami dijemput Ayahnya duluan, dan aku tak lama kemudian.

Sabtu, 20 Januari 2018

Liburan Ke Pulau Sawi


Pulau Sawi (Doc.30.07.17)


Hai, Selamat Tahun Baru 2018.

Sungguh telat sekali aku mengucapkannya, bukan? Hehe. Maklum baru bangun dari tidur panjang libur mengurus blog. Namun, mumet juga rasanya jika menyimpan segala cerita dikepala. Kini sudah saatnya aku kembali membagi beban kerja otakku dengan BLOG, untuk menyimpan segala ceritaku. Menulis blog lagi. Yeay!

Pertama – tama aku ingin bercerita tentang liburan. Mumpung masih aroma - aroma liburan sisa tahun baruan. Biar kebawa suasana.

Ingat postingan-ku dulu tentang Pulau Sawi? Itu, loh, tentang perjalanan menuju Pulau Sawi tapi tak jadi, dengan judul Pulau Sawi : Traveler 1/2 NEKAD. Tulisan ini sempat menduduki posisi kedua pencarian google dengan kata kunci “Pulau Sawi”. Itu artinya tulisanku tentang Pulau Sawi ini, nomer 2 paling sering dibaca. Sungguh, Betapa senangnya diriku sewaktu itu yang hanya sebagai penulis blog asal – asalan (Ya, sekarangpun masih asal – asalan).

Jadi, berhubung tahun lalu aku sudah benar – benar menginjakkan kaki di Pulau Sawi, maka akan ku lanjutkan ceritaku. Selamat membaca...

Rabu, 27 September 2017

Menjalani Waktu



Hari ini aku bangun agak pagi. Sinar mentari yang menelusur lewat celah - celah ventilasi jendela kamar, membuyarkan mimpi tentang Dia yang baru saja ku mulai. “Dia” yang entah siapa aku juga tidak tahu.

Ku ambil handphone yang sengaja ku letakkan sedikit jauh dari kasur, lalu ku play Honeymoon milik Johnny Stimson. Lagu yang baru - baru ini selalu menemani hariku. Lagu yang dapat membolak-balikkan mood. Lagu yang renyah untuk didengar sembari menyicil proyek novel wishlist 2 tahun lalu, atau sembari mengkhayal tentang indahnya berdua bersama “seseorang” seperti yang dikata Johnny Stimson dalam lirik lagunya.

Lalu, ku buka akun instagramku. Ada satu pesan direct dari seorang teman yang sudah lama tak ku jumpai. Ia menanyakan kabar dan keberadaanku sekarang. Aku menjawab seadanya dan seolah tahu maksud pertanyaannya itu, ku balas lagi, “Mau nikah?”.

Sabtu, 26 Agustus 2017

Dear Ji

Selain bodoh aku ini juga pengingkar janji.

Beberapa bulan yang lalu temanku menikah. Aku diundangnya. Namun, aku berhalangan hadir karena pekerjaan yang mengharuskanku jauh dari rumah. Aku sudah kebanyakan izin kerja pada bulan dimana temanku melangsungkan pernikahan.

Lalu, pada sebuah pesan whatsapp, berucaplah si tukang ingkar janji ini, "Aku tak bisa hadir, maaf, do'a dan kado aja ya". Namun pada kenyataannya hingga sekarang kadonya belum juga terkirim.

Aku sengaja merancang sendiri desain kado untuk temanku ini. Sebuah hadiah yang sudah kupikirkan matang-matang untuknya. Tidak mahal, namun kuyakin akan sangat disenanginya. Namun, lagi-lagi proses pemesanannya gagal. Sudah dua kali pada dua toko yang berbeda.

Duuuh.. bagaimana ini, Ji? Kadoku belum juga ditangamu. Sungguh aku tak punya muka untuk bertemu denganmu.

Ji, Maukah kamu menunggu sedikit lebih lama lagi?

Jumat, 10 Februari 2017

Untuk Rindu Yang Tak Pernah Tuntas




Bekerja jauh dari rumah memang menguras tenaga dan perasaan. Ada rindu yang kerap kali datang dan memaksa untuk pulang. Makan malam bersama keluarga, berkumpul bersama sahabat, atau sekedar main-main di pantai bersama “seseorang”. (namun yang terakhir seringkali gagal)

Belum lagi persoalan jarak dan jalan yang kondisinya bergantung pada alam. Mustahil jika tidak berlumur lumpur atau berbalut debu. Perjalanan yang biasanya dapat ditemput selama 4 jam-an, dapat menjadi dua kali lipat akibat derasnya hujan. Tanjakan semakin sulit di daki, turunan malah lengser tanpa gas. Terpeleset hingga ban mendesing bukan hal yang tabu lagi.

Tapi, siapa yang peduli??
“Resiko!”, teriak mereka yang hidupnya di kota.

Saya tidak menulis ini untuk mengemis belas kasihan orang – orang, atau mengiba kepada pemerintah perihal jalanan yang hancur lebur. Masa bodo tentang kepeduliaan mereka. Saya sudah punya keluarga dan sahabat untuk itu. Saya hanya ingin menyampaikan apa yang saya rasakan sebagai perantau pedalaman.

Kami, para perantau pedalaman, yang ‘katanya’ tidak pernah kerja satu bulan penuh, yang ‘katanya’ makan gaji buta, yang ‘katanya’ banyak uang, yang ‘katanya’ selalu minta pindah ke kota, yang ‘katanya’ lebay lah drama lah ini lah itu lah, memohon maaf untuk 3 – 4 hari ijinnya setiap bulan untuk sekedar pulang ke rumah. Untuk rindu yang tidak pernah tuntas. Untuk ketidakdisiplinan terhadap waktu. Untuk diri kami sendiri.

...

Senin, 14 November 2016

Pagi



pagi, katanya selalu menawarkan cerita yang baru
pagi, katanya satu malam dengan mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati
pagi, aku masih begini – begini saja

bangun dari tempat tidur
dengan sakit kepala yang sepertinya sudah membeku
menjadi satu padu di setiap liburanku

sudah tiga hari kepalaku tak bisa di atur
seperti singa hutan yang meraung minta makan
tetap meraung walau sudah diberi makan
aku ketakutan

kepalaku sakit sampai pada titik yang tak mampu kuatasi sendiri
dari bahu menjalar hingga ke belakang kepala
cerebellum atau entah dimana tepatnya puncak sakitku
aku ketakutan

kupukul – pukul kepalaku dengan kepalan tangan
kupikirkan yang indah-indah di kepalaku
aku sungguh ketakutan

manakala pagi tak lagi datang

- i.n