Sabtu kemarin merupakan hari terakhir
wali kelas saya mengajar di kampus. Namanya Ibu Lilik. Ia adalah sosok wali kelas yang berkharisma, tegas, baik hati
dan nggak gengsi berbaur bersama kami, mahasiswi-mahasiswi unyu nan kece yang
rada-rada alay dan kompor. Katanya ia akan pulang ke kampung halamannya,
berkumpul bersama keluarga di Bengkayang.
Meski masih nggak setuju dengan
keputusan Ibu Lilik untuk pindah dan pergi meninggalkan kami, mahasiswi-mahasiswi
unyu nan kece, Saya berusaha untuk merelakan jika itu benar-benar membuat
ia lebih bahagia dan sukses di sana.
Sebulan yang lalu, sebelum kepindahan Ibu
Lilik, juga ada dosen yang pindah. Dia adalah salah satu dosen favorite saya.
Berbeda dengan Ibu Lilik yang jauh sebelum hari kepindahannya, mengabari dan berpamitan,
namun ibu yang satu ini tidak. Tega? Iya, banget. Meninggalkan kami,
mahasiswi-mahasiswi unyu nan kece tanpa sepatah kata sedikitpun. Namun,
saya yakin pasti ada alasan yang membuat ia tidak memberitahu atau memang
sayanya yang nggak tahu alias kudet -kurang update-. Dari gosip yang saya dengar, ia pindah ke
Jawa. Dan ternyata bener, ia pulang ke kampung halamannya itu, Jawa. Ah,
homesick dimana-mana.