Selasa, 22 Oktober 2013

Berdenyut Disini dan Disini

Beberapa waktu yang lalu aku sakit -plis jangan bilang gak nanya- Sakit yang ku alami ini katanya tidak lebih sakit dari sakit hati atau patah hati. Tidak pula lebih menyedihkan dari pasangan yang terbelenggu oleh rindu karena jarak. Apalagi semengenaskannya para pemburu hati yang tak kunjung menemukan hatinya. Tapi, itu hanya “katanya”. Sakit ku ini lebih dari semua itu.

Aku tahu jika sakit adalah keadaan timpang antara fisik, batin dan sosial. Juga tahu jika sakit itu ada karena adanya masalah. Seperti kita, aku suka kamu, kamu tidak suka aku, itu masalah. Ah, tapi bukan itu yang ingin aku ceritakan disini. Bukan masalah aku yang tak pernah ada di hatimu, aku yang tak pernah terpikirkan sedikitpun olehmu, aku yang tak pernah kau pandang meski bertatapan, aku yang tak pernah pula dimengerti meski beribu kode telah ku lontarkan. Tapi aku tahu, semua itu kau lakukan karena kau tak suka aku. Begitu kan?? Halah malah curhat

Minggu, 13 Oktober 2013

Semua Berkat Ibu

Saya adalah seorang mahasiswi di salah satu Akademi Kebidanan di Kalimantan Barat. Sekarang berada di semester V dan sedang mempersiapkan PKL (Program Kuliah Lapangan), melewati berbagai macam ujian, kemudian selanjutnya menyusun dan menyelesaikan KTI (Karya Tulis Ilmiah) dengan segera. Semua pencapaian saya sampai ini tidak terlepas dari jerih payah kedua orang tua saya.

Cita-cita saya sewaktu kecil adalah menjadi dokter. Ya walaupun sewaktu kontes TK dulu Saya memakai seragam polisi karena tidak kebagian seragam dokter.

Foto saat TK
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, saya mulai menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan komputer, edit-mengedit dan sejenisnya. Tetapi, keinginan Saya untuk menjadi seorang dokter tetap tidak Saya lupakan. Terus kenapa sekarang kuliah di kebidanan?? Ya itu dia, ibu, Saya akan menjelaskannya kemudian. 

Dulu tidak pernah terpikirkan dibenak saya untuk menjadi seorang bidan. Apa tugas dari bidan itu sendiri saya tidak tahu, tapi ntah kenapa sekarang saya menjadi mencintai dunia saya sekarang ini, membantu para ibu dalam mempersiapkan kehamilan, persalinan, nifas, menyusui hingga masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Di kebidanan saya menyadari bahwa betapa besarnya pengorbanan seorang ibu dalam mempersiapkan yang terbaik untuk buah hati mereka, membawamu kemana saja ibu pergi selama kurang lebih 40 minggu, menahan rasa sakit ketika kamu terus mendorong keluar untuk melihat dunia, menyusuimu dan memelukmu dengan kasih sayang, menimangmu saat kamu menguarkan air mata, meninabobokanmu ketika kamu ingin tidur. Teman, ibu kita adalah seseorang yang hebat. Sayangi, hormati dan bahagiakanlah ibu.

Senin, 07 Oktober 2013

Jarak Tak Berarti Kita Jauh [Chapter 1]

Hari ini adalah hari terakhir UN (Ujian Nasional). Siswa-siswi SMAN 3 terlihat mengerjakan soal dengan seksama. Ada diantara mereka yang juga terlihat sudah selesai mengerjakan. Ketika bel berbunyi siswa-siswi keluar dari ruangan dengan perasaan lega. Mereka mengekspresikan perasaan lega dengan menyanyi, berteriak, loncat-loncat dan ada juga yang duduk terdiam di bangku depan sekolah sambil menatap sekeliling lapangan basket. Anak itu adalah Hamdi.

“Ndi, ikut anak-anak futsal yuk ?” ajak Reza yang datang menghampiri Hamdi
“Kapan? Umm.. kayaknya gue gak bisa. Sorry” jawab Hamdi dengan wajah tanpa ekspresi
“ih ih kenapa muka Lo ndi. Serem” lanjut Reza dengan nada mengejek
“Gue bingung za, kan bentar lagi.... Zaraaaaa.....” teriak Hamdi pada Zara
“Sorry bro, gue duluan” Lanjut Hamdi sembari meninggalkan Reza

Zara adalah teman sekelas Hamdi dan Reza. Hamdi memiliki perasaan lebih dari sekedar teman pada Zara, dia menyukai Zara semenjak kelas X. Namun, Hamdi tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia selalu menyembunyikannya dan hanya menyampaikan perasaan tulus itu lewat lagu-lagu cinta nan galau ciptaannya.

Zara termasuk siswi populer di sekolah. Selain cantik dan pintar, ia juga dikenal sebagai playgirl. Setiap hari ia selalu diantar-jemput supir ke sekolah dan kadang juga di antar-jemput oleh pacar-pacarnya. Ia selalu membawa buku biru kesayangannya kemana-kemana. Tidak ada yang tau apa yang selalu ditulisnya dibuku biru itu, bahkan ia membuat perjanjian dengan setiap pacarnya, jika ingin mengetahui isi buku biru itu, mending putus.