Sabtu, 28 Februari 2015

Selamat Tinggal



Kepada Ge,
yang sudah lama meninggalkanku.

Halo, Ge. Lama tak menyuratimu rasa ada yang kurang hari-hariku. Menjadi abu-abu dan merindu berlipat-lipat. Bukan karena sibuk atau bagaimana, aku sengaja melakukan itu. Aku ingin lebih membiasakan diri tanpamu. Maksudku tanpa memikirkanmu. Melupakan. Seperti yang sudah dari dulu kau lakukan.

Jumat, 27 Februari 2015

Cobalah Bahagia


Aduh, aku hampir saja melupakanmu dalam misi #30HariMenulisSuratCinta. Maaf, ya. Bukannya tidak ingin, hanya saja ada satu-dua yang sulit kujelaskan padamu. Jika turut membaca surat-suratku sebelumnya, kamu pasti tahu betul penyebabnya. Ya, memang begitulah adanya. 

Kamis, 26 Februari 2015

Surat Untuk Zeetriesta



Hallo Zee. Salam kenal.

Sebelumnya maaf jika aku lancang membaca suratmu rabu kemarin. Itu loh, surat yang kau tulis selagi menunggu hujan reda di sebuah café. Tapi, pikirku kau tidak benar-benar sedang menunggu hujan reda saja, kau sedang menunggunya. Dia yang selalu menjadi tujuan surat-suratmu itu.

Rabu, 25 Februari 2015

Malaikat Tak Bersayapku


Kepada malaikat tak bersayap,
disampingku.

Hari masih berselimut gelap dan hembus angin menggelitik tulang. Dia mengintip dari balik jendala kamar. Melirik handphone lalu bangun dari mimpi yang kutahu masih ingin dia ulang.

Kreeekkk..

Selasa, 24 Februari 2015

Tentang Kita Tapi Tak Jadi


Selamat membaca surat cinta ke-25.

Surat hari ini aku tulis khusus untuk kalian, teman-teman blogger. Hmm.. Bagaimana aku harus memulai surat ini, ya? Bagaimana kalau aku bercerita sedikit tentang awal kita berkenalan? Barangkali saja kalian sudah lupa. Atau mungkin tidak pernah tahu sama sekali, seperti Ge yang tidak pernah tahu perasaanku yang begitu dalam padanya.

Diam kuanggap iya, ya. Oke?

Senin, 23 Februari 2015

Kau Adalah ...


Monday, February 23, 2015.

Aku tak habis pikir mengapa banyak yang mengeluhkan kau. Mencibir dan bahkan mengutuk. Monday, Monster Day, kata mereka. Dasar! Memang tahu apa mereka soal kau.

Minggu, 22 Februari 2015

Soulmate Untukmu


Aku masih belum tahu apa yang bisa menggantikan kekasihmu di siang yang selalu terik ini. Yang nyaman, selalu ada, mudah dikantungi, juga tentunya cocok berdampingan denganmu.

Kamu memang tidak menetapkan kriteria-kriteria khusus bak seorang pangeran yang mencari cinta. Kamu hanya butuh ada saja. Tapi aku menentang itu. Sungguh, kamu harus mendapat yang lebih dari sekedar ada. Kamu ingat kan, kekasihmu yang terakhir kali. Banyak mau dan tak bisa diam seperti cacing kepanasan. Dan ujung-ujungnya aku juga yang repot.

Sabtu, 21 Februari 2015

Sekali Lagi


Berbekal rindu yang mengepul di dada. Cappucino panas, juga backbag di punggung. Mata menerawang langit, pergi mengantarkan pada masa lalu. Kenangan.

Jumat, 20 Februari 2015

Berempat


Untuk teman sepergengan SMP,
sembilan tahun yang lalu.

Tunggu dulu, itu dulu geng apa bukan ya? Kalau tidak salah iya kan? Kalau tidak salah lagi, dulu kita sempat menamai diri kita berempat, bukan? Geng CWEK?

Tidak salah lagi, Geng CWEK. Hahaha.. 

Kamis, 19 Februari 2015

Untuk Bosse


Selamat sore, Bosse.

Terima kasih untuk surat yang kemarin. Aku sudah membacanya.

Bosse, sepertinya aku tidak dapat hadir di gathering #30HariMenulisSuratCinta tanggal 1 maret nanti. Rumahku jauh, Bosse. Jauh sekali. Sejauh keberadaan, Ge. Kau tahukan siapa Ge?

Rabu, 18 Februari 2015

Walau 1000 Tahun Lamanya


“Aku menyayangimu.”

Send.

Pesan yang berisi pengakuanku itu membuat kita bertemu. Saat turun dari mobil aku melihat sosokmu duduk di bangku teras sebuah café. Café favorite kita. Kamu menyambutku datang lalu mempersilahkan duduk.

“Americano?”

Benar Bukan Aku?

“Happy birthday, Sayang” ucapmu seraya mengecup keningku. Sudah lima tahun aku merayakannya bersamamu. Dan tentunya selalu saja ada kejutan. Seperti malam ini. Kau menyewa sebuah kafe untuk berdua, menikmati makan malam yang romantis. Kau memang pandai mengambil hati.

Tapi, tunggu dulu. Mengapa rona wajahmu begitu aneh? Aku jelas melihat keraguan di matamu. Apa yang kau sembunyikan, wahai kekasih?

Hujan Sudah Turun


Halo.. Ge. Aku datang lagi.

Kau sedang dimana? Rumah? Keluarlah sebentar. Lalu lihat di atas sana. Bukankah langit sore ini tampak muram? Mendung dan angin bertiup kencang. Sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Tidak, Ge, tidak, aku bukannya tak senang hujan turun. Hanya saja sedikit khawatir. Aku takut tak dapat benar-benar melepaskanmu. Kau tahu, hujan selalu mengembalikan kenangan itu. Aku benci tapi aku tak bisa apa-apa.

Selasa, 17 Februari 2015

Yang Sebenarnya Sangat Mengerti


Kepada ibu cuek,
Yang sebenarnya sangat mengerti.

Halo.. apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan sehat.

Aduh, maaf, Bu. Saya memang tak pandai memulai sebuah percakapan. Meski berupa surat sekalipun.

Tiba-tiba saja saya teringat ibu dan ingin menulis surat ini ketika tadi melihat foto-foto semasa kuliah dulu. Ternyata tak ada satupun wajah ibu yang tersimpan di folder foto saya. Mungkin ibu sudah tahu mengapa demikian. Ibu seringkali tidak hadir pada momen-momen di saat mahasiswi-punya-alasan-buat-ngajakin-poto. Pas yudisium nggak ada, pas prom night nggak ada, bahkan pas wisuda pun nggak ada. Kemana kamu, Bu?

Senin, 16 Februari 2015

Kepada Yang Di Seberang Pulau


Kepada teman lama,
di seberang pulau sana.

Hey.. Tuan ingkar janji, apa kabar? Sebelumnya, jangan kegeeran dulu karena aku mengirimkan surat ini. Aku yakin setelah mendapatkan surat ini kau akan loncat-loncat terus sliding seperti pemain sepak bola yang lagi goal celebration. Aku tahu kau begitu mengidolakanku. Tetapi, please, jangan lakukan itu. Haha. 

Minggu, 15 Februari 2015

Aku Masih Menunggu


Kepada hari ini,
Minggu yang semakin biasa saja.

Sudah sore dan surya masih bertengger lantang menguasai terang. Menyesap kebosanan dan riuh yang menggetar pada gendang telinga. Pantai tak bergelombang. Pun camar membisu pula.

Sabtu, 14 Februari 2015

Jelaskan! Mengapa?


Selamat tanggal empat belas februari, Ge.

Sayang sekali tidak ada apa-apa tentang kita yang tertinggal pada hari ini. Karena memang tidak pernah ada apa-apa diantara kita. Hanya sekedar teman yang kebetulan aku suka, yang mungkin tidak bagimu.

Jumat, 13 Februari 2015

Gara-Gara Teka-Teki


Kepada Penulis E-Book Teka Teki
Bapak Kresnoadi

Di, boleh gue mulai surat ini dengan sebuah pertanyaan? Boleh, ya. Gue tahu pasti elo, disana, saat membaca ini akan bilang, “lah itu loe udah nanya, nyet”.

Jadi, gue akan mengganti kata-katanya. Di, sebelum gue mengabari bagaimana ekspresi gue sepanjang membaca e-book buatan lo, gue mau bertanya dulu.

Kamis, 12 Februari 2015

Jangan Pernah Bosan



Kepada Ge,
Yang—semoga tak pernah bosan

Ge, maafkan aku. Aku sungguh tidak tahu pada siapa lagi aku menuliskan surat ini selain padamu. Aku memang bodoh. Sangat bodoh sampai aku membeci diriku sendiri.

Rabu, 11 Februari 2015

I Stand By You



Kepada Kompor-Kompor Kesayangan

Aduh.. aku merasa aneh menggunakan kata itu. “Kesayangan”. Aku jarang sekali—bahkan mungkin tidak pernah menuliskannya, apalagi mengucapkan kata—yang menurutku aneh itu. Tetapi, demi kalian aku rela mencobanya, wahai kompor-kompor meleduk.

Selasa, 10 Februari 2015

LBS K-Drama



Siangku sepi tanpa ocehanmu. Malamku merana seperti perempuan yang menangisi kekasihnya pergi. Dan pagiku lenyap bersama embun karenamu. Kemana saja kamu, wahai kurir cinta?

Senin, 09 Februari 2015

Untukmu



Kepada…
Ah, sudahlah.

Tepat pukul sebelas malam sebelum hari menjadi baru. Aku mamanggil angin lalu menitipkan rindu. Menyampaikan pesan untukmu dalam heningnya malam dan menuliskan bahwa aku ingin sekali bertemu.

Minggu, 08 Februari 2015

Sembilan Puluhan


Kepada teman-teman, 
Sembilan Puluhan.

Tak terasa waktu berlalu dan semakin tua saja kita. Bukan sekolah lagi tujuan setiap pagi. Atau menonton power rangers setiap minggu. Bukan permen pendekar biru lagi yang diemut. Atau sepeda roda tiga yang menjadi tunggangan saat berkeliling komplek.

Sabtu, 07 Februari 2015

Seharusnya Aku


Kepada yang pernah singgah,
menggantikan Ge sebentar.

Seharusnya aku tidak berkata terima kasih. Ketika setiap pagi kau mengirim sebuah ucapan selamat. Mengorbankan sedikit waktu sibukmu untuk menyapaku. Bertanya sedang apa dan membahas kesenangan kita. 

Jumat, 06 Februari 2015

Si Ambisius yang Lebay


Untuk penghuni kamar sebelah, 
Si ambisius yang lebay.

Menjadi pilot, kau bilang begitu. Mungkin sudah puluhan kali cita-citamu itu berubah. Berganti setiap kali kau menonton televisi. Sungguh seperti jarum jam yang terus berputar saja, kau itu.

Aku ingat betul dulu kau pernah bilang ingin menjadi seorang dokter, lalu aktris, lalu teknisi komputer, lalu dokter gigi, lalu pramugari, dan sekarang pilot. Ternyata bukan kepada pasangan saja kau tak setia, pada mimpimu pun juga. Oh iya, kau sudah insaf kan bepacar tujuh sekaligus? Tulisanku tentang ketujuh pacarmu itu sempat bertahan beberapa bulan di-“5 postingan paling sering dibaca”, loh. Hahaha.

Kamis, 05 Februari 2015

Untuk Bernard Batubara



Kepada Bernard Batubara 
My favorite writer

Halo.. Kak Bara. Apa kabar? Sedang apa? Masih senang membaca dan menulis di Starbucks? Bagaimana koleksi buku-bukumu? Buku Murakami tumpukan paling tinggi, bukan? Perkenalkan aku pembaca dari Negeri Matan, Ketapang.

Kak Bara, sebenarnya aku ragu untuk mengirimimu surat ini. Aku malu karena tulisanku ini tidak sebagus cerita-cerita cintamu. Tidak seindah senja di Jembrana ataupun deru biru pada mata Nessa saat bersitatap dengat mata Demas. Tidak semanis sepotong red velvet dan gurih seperti bubur cikini. Juga tidak berkerlap-kerlip bagaikan kunang-kunang yang menemui Hamidah pada malam hari. Apalagi seperti surat-surat Areno Adamar untuk Ruth. Sungguh, aku ragu. Ragu yang teramat malu, sebenarnya.

Rabu, 04 Februari 2015

Bagaimanapun Aku Tetap Memetikmu


Kepada senar nomor satu, E, melodi tunggal.

Dengungan seperti apa yang kau bunyikan. Seperti kumbang atau tarikan pelatuk senapan? Seperti jerit tergigit lidah atau hati yang patah? Seperti gelas kaca yang jatuh dan pecah atau hentak kaki yang bercampur amarah?

Bagaimanapun, aku tetap memetikmu. 

Selasa, 03 Februari 2015

Luka


Kepada luka 
Yang bukan Ge.

Kau tahu, sepertinya kau diciptakan untukku. Kau dihadirkan oleh Tuhan untuk menemani hari-hari. Penuh air mata dan dendam. Penuh keputusasaan dan rasa ingin bunuh diri.

Tapi, apa kau juga tahu, jikalau Tuhan tidak benar-benar ingin. Buktinya kau perlahan memudar dan hilang. Kau bisa sembuh, ternyata. Dengan pagi yang membawa embun dan cahaya terang dari ufuk timur. Dengan sesederhana itu, aku bangun dari mimpi bodoh yang penuh janji-janji keparat itu. 

Senin, 02 Februari 2015

Kepada Ge (Lagi)



Kepada Ge
Yang, mungkin, sudah melupakanku.

Maaf aku mengirimimu surat lagi. Aku tidak peduli jikalau kau membaca atau tidak surat ini. sungguh tidak peduli. Aku hanya ingin menulis, dan aku tidak tahu pada siapa lagi aku menuliskan surat ini selain padamu. Andai saja kau tahu kepada siapa selainmu, beritahu aku, Ge.  

Minggu, 01 Februari 2015

Rainbow Roses



Selamat pagi, Ge.

Terlalu pagikah suratku ini? Tak apa-apa kan kalau kau membaca surat ini sebelum mandi? Atau jangan-jangan kau masih tidur pulas. Bangun.. matahari sudah bertandang dari ufuk timur, Ge.

Ge, kau tahu kan kalau aku tak bisa lepas dari social media. Twitter, facebook, instagram, path, youtube, hampir semunya aku punya. Ya, meskipun tak begitu banyak followers. Dan baru saja, tadi, aku melihat foto-foto di timeline instagram.