Rabu, 25 Februari 2015

Malaikat Tak Bersayapku


Kepada malaikat tak bersayap,
disampingku.

Hari masih berselimut gelap dan hembus angin menggelitik tulang. Dia mengintip dari balik jendala kamar. Melirik handphone lalu bangun dari mimpi yang kutahu masih ingin dia ulang.

Kreeekkk..

Pintu terbuka. Embun menyapa pelan. Harum aroma tanah menyelinap masuk mengabarkan hari sudah pagi. Juga bekas hujan semalam yang menggenangi teras rumah.

Sedangkan aku masih mengudara dalam mimpi. Dikalahkan kantuk yang seharusnya bisa aku kalahkan.


Mama, maafkan aku yang selalu bangun tidak lebih pagi darimu. Yang selalu mengeluh karena ini itu. Yang selalu ingin menang sendiri tak mendengar ucapmu. Yang selalu kekanak-kanakan. Yang selalu minta ditemani kemana saja. Yang selalu lebih manja dari adik-adik.

Sekarang aku sedang belajar untuk lebih dewasa, Ma. Agar senyummu tak pernah lepas dariku. Agar kamu bangga kepadaku. Agar kamu bahagia karenaku. Agar segala lelahmu lepas lalu.

Tunggu aku, Ma. Jangan kemana-mana dulu sebelum aku mewujudkan mimpiku. Mimpimu. Mimpi kita.

Ma, jangan bangun terlalu pagi lagi.

sulung yang mengaku bungsu.
25.02.2015 #Day27 #30HariMenulisSuratCinta

8 komentar:

  1. Kasih ibu, kepada beta. Tak terhingga sepanjang masaaa~

    BalasHapus
  2. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari duniaaa. :'))

    BalasHapus
  3. Semangat ismie!! Tiga hari kelar. \o/

    Dan sampai sekarang gue masih sering dibangunin sama nyokap. Baca tulisan ini jadi merasa bersalah. Huft.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo sekarang inisiatif bangun sendiri, Mat.

      Hapus
  4. Rimanya agak kurang. Tapi mantep, nih. Feel-nya dapet.
    Nyokap mah selalu bangun pagi. :))

    BalasHapus

Mohon kritik, saran, dan kasih sayangnya teman - teman :D