Jumat, 13 Februari 2015

Gara-Gara Teka-Teki


Kepada Penulis E-Book Teka Teki
Bapak Kresnoadi

Di, boleh gue mulai surat ini dengan sebuah pertanyaan? Boleh, ya. Gue tahu pasti elo, disana, saat membaca ini akan bilang, “lah itu loe udah nanya, nyet”.

Jadi, gue akan mengganti kata-katanya. Di, sebelum gue mengabari bagaimana ekspresi gue sepanjang membaca e-book buatan lo, gue mau bertanya dulu.

Wahai Kresnoadi, engkau dalam kondisi baik-baik saja kan saat menulis e-book Teka-Teki? Masih kepala di kepala dan kaki di kaki kan? Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu masih dalam batas normal kan? Nggak lagi demam tinggi kan? Nggak lagi kerasukan Kemal Palevi kan? 

Itu an interactive e-book elo sakit parah. Lucu geeuulllaa. Absurd binggow. Inspiratif bingit.

Gue jadi pengin nyobain pilihan-pilihan yang elo tulis—yang menurut gue woooollllaaa itu di kehidupan nyata. Seperti bilang “Sori.. Sori.. Air Panas” pas ngelewatin kerumunan orang-yang-numpang-baca-gratis-di-gramed. Atau bilang “Assalammu’alaikum, Mas… Sedekahnya, Mas?” buat ngajakain mas-mas gramedia kenalan. Lah..

Awalnya gue rada canggung baca e-book Teka-Teki soalnya pake “KAMU” sebagai tokoh utamanya. Yaiyalah kan interactive e-book ya. Tapi makin ke bawah gue jadi kebawa sama alur cerita yang elo sajikan. Jadi berasa gue yang sedang elo ceritakan itu. Menuliskan cerita tentang gue. Menulis untuk gue. Dan gue jadi berasa punya pacar. Lah..


Ebook Teka-Teki kembali mengingatkan gue akan sosok yang paling ingin gue lupakan. Tapi paling sering gue pikirkan dan paling sering gue kirimi surat dalam event #30HariMenulisSuratCinta. Iya, bener, Ge.

Pas kelas X SMA dulu—yang nggak dulu-dulu amat, 6 tahun yang lalu, gue termasuk siswi yang cukup gaul. Banyak temen gaul sampe-sampe bikin geng. Lalu satu tahun kemudian, gue terpisah sama temen-temen gue—yang bener apa yang elo bilang, yang gaul-gaul itu. Gue masuk kelas IPA dan temen-temen gue yang gaul-gaul itu masuk IPS. Gue kesepian.

Gue ingat betul pas minggu-minggu pertama terpisahnya gue sama temen-temen gue yang gaul-gaul itu, gue sering nimbrung ke kelas mereka, ke kantin bareng sampe lupa kalau jam istirahat sudah habis. Pas gue masuk kelas sudah ada guru petantang-petenteng ngejelasin materi. Gue bilang “Assalammu’alaikum” dan di jawab “keluaaaar” yang dibarengi dengan keluar api dari mulutnya.

Gue keluar dan nimbrung di kelas temen-temen gue yang gaul-gaul itu. Lagi.

Tapi, gue tidak menyesal masuk kelas IPA. Ya, meskipun yang mereka lakukan pas jam kosong adalah ngukur kecepatan pensil yang jatuh dari meja ke lantai—yang menurut gue kurang kerjaan banget. Gue hanya sedikit menjadi kurang gaul. Tapi berkat itu juga gue ketemu sama seseorang yang selama ini sering gue bicarakan dalam tulisan-tulisan gue. Seseorang yang mampu membuat gue lepas sedikit demi sedikit dari nimbrung di kelas orang. Seseorang yang mampu membuat gue bertahan di kelas IPA. Ya, bener, dia. Ge.

Gue senang sekaligus sedih membaca e-book Teka-Teki. Campur aduk kayak gado-gado. Di satu sisi gue senang bisa teringat pertemuan pertama gue bersama Ge dan di sisi lain gue jadi teringat kembali sosok dia yang selama ini menghantui pikiran gue.

But, thank you, Di, sudah memberikan tulisan yang selalu menarik. Terus berkarya, ya.

“KAMU”
13.02.2015 #Day15  #30HariMenulisSuratCinta 

nb: bagi yang juga pengin baca e-book Teka-Teki karya Bapak Kresnoadi, silahkan download disini

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Sama-sama, Di. Ditunggu kaus gratisannya. Hehe

      Hapus
  2. Ciye yg ga bisa move on sama indahnya masa putih abu.

    BalasHapus
  3. ini teka-teki kampret bgt ni
    salah pilih ending nya pasti ngenes banget haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya hahaha. Gak habis pikir si Adi bisa kepikiran nulis begitu. Absurd yang menyenangkan :))

      Hapus
  4. Bahahah.. Kresnoadi uda jadi bapak-bapak. Ngakak aku! :P

    BalasHapus

Mohon kritik, saran, dan kasih sayangnya teman - teman :D