Kepada Ge.
Pada pagi yang sedikit riuh karena rintik hujan, aku duduk di dekat jendela. Aku teringat tentang pantai yang kemarin ku kirimi surat. Ia menjelma seperti sinar fajar yang setiap pagi ingin aku padamkan. Aku kembali teringat tentangmu, Ge.
Gemuruh petir dalam derasnya hujan semakin mempertegas keping-keping memori. Mereka tersusun kembali menjadi sebuah harapan. Kenangan keparat itu sungguh tak tahu malu, Ge.
Mereka berputar-putar di kepala seperti udara yang masuk dari celah-celah kecil jendela. Membuatku kedinginan dan merasa kesal. Aku benci itu. Aku benci mengingatmu, Ge.
Tapi, aku merindukanmu. Setidaknya sampai
hujan reda.
dari sweater orange pada petang yang
lalu.
31.01.2015 #Day2
#30HariMenulisSuratCinta
Dalam dan mengalir
BalasHapusAku hanyut :')
:')
HapusBaru mampir udah suka sama tulisannya :)
BalasHapuswww.fikrimaulanaa.com
Thank you. Sering-sering aja mampir :')
Hapusge? ge pamungkas? ciee mbak is galau. hahaha
BalasHapusBukan Ge Panungkas, Man. Ge yang lain. Ge yang....
HapusCoba baca ini, Ge..
BalasHapusSemoga. Tapi, mungkin tidak.
Hapus