sumber gambar |
Berkat sebuah
pertemuan yang diatur oleh temanku itu, setiap bangun atau akan tidur selalu
ada ucapan manis. Kadang juga pahit, darinya. Seperti “Mimpi indah ya” atau
percakapan tak penting via bbm yang
berakhir tanpa ucapan selamat malam sama sekali. Pahit, yang kumaksud tadi.
Aku yang biasa dikenal
cuek dan introvert berubah menjadi gadis penuh dengan kode. Haha. Sehari saja
tak ada kabar darinya, aku menulis personal massage yang berbau kode. Tentunya
dengan pikiran matang agar dia tidak kegeeran.
Berutung ia
adalah laki-laki yang peka.
Meski jarang
sekali bertemu, aku mengenalnya begitu baik. Selain menyukai kopi, dia juga
menyukai sepak bola, dan pandai sekali bermain gitar. Aku seringkali memintanya
mengajari bermain gitar. Tetapi, sampai saat ini tak pernah kesampaian. Setiap
kali aku punya waktu, ia sibuk dan setiap kali dia yang punya waktu, aku yang
sibuk. Tampaknya waktu enggan sekali mempertemukan aku, dia, dan gitar.
Sabtu depan kami
berjanji bertemu untuk kali keduanya. Ah.. mengapa jarak senin ke sabtu begitu
panjang.
------bersambung------
P.S.
Baca juga cerita sebelumnya “NUEL (Chapter 1)”
dan “NUEL (Chapter 2)”.
sekarang sudah tiba waktunya untuk bertemu mba hehehe saatnya malam mingguan :)
BalasHapusGimana jarak Medan - Jogja yak.. T_T
BalasHapusDitunggu lanjutan ceritanya ya.. :))
BalasHapusKenalin ke Nuel dong, ajarin aku biar peka :')
BalasHapus