Sabtu, 11 Oktober 2014

Melihat Dalam Kegelapan



Jujur, di kota saya tinggal sekarang sering terjadi pemadaman listrik. Seminggu sekali, dari jam lima sore sampai jam sepuluh malam. Yup! Kami menyebutnya pemadaman listrik bergilir.

Mau tidak mau kami harus merasakan lima jam tanpa listrik setiap minggunya, belum lagi dengan adanya gangguan, listrik bisa mati kapan saja. Bisa karena kabel listrik yang tertimpa pohon, bisa karena korsleting, bisa karena gardu listrik yang meledak, ataupun bisa karena pasokan bahan bakar listrik yang terlambat datang.

Di sisi lain, PLN setempat tidak hanya tinggal diam. Mereka membagikan jadwal pemadaman listrik di radio-radio yang mana setiap hari radio-radio tersebut akan mengumumkan soal pemadaman listrik bergilir. Jadi, nggak kaget lagi kalau sekitar jam lima sorean listrik mati.

Satu lagi. Ini masih mendingan daripada masalah listrik di pedalaman Kota Ketapang. Ya, saya tinggalnya di Kota Ketapang, Kalimantan Barat. Mereka di pedalaman setengah hari tanpa listrik. Siang mati, malam hidup. Listrik benar-benar difungsikan sebagaimana fungsi utamanya, yaitu untuk penerangan.

Menurut kabar dari PLN setempat, pemadaman listrik bergilir ini dilakukan karena adanya mesin pembangkit listrik yang rusak. Sekarang masih dalam proses perbaikan. Mesin pembangkit yang sekarang-yang tidak rusak- tidak mampu menampung daya sekota Ketapang. Solusinya ya itu, dilakukan pemadaman listrik bergilir.

Menurut saya, dari sudut pandang awam dan sebagai penikmat listrik, masalah yang seringkai saya alami yaitu listrik mati. Namun, saya juga tahu kalau sebenarnya, di luar dari sudut pandang saya, banyak sekali masalah kelistrikan yang dihadapi oleh pihak penyedia listrik. Yup! PLN.

Misalnya penunggakan pembayaran rekening listrik, protes karena listrik sering mati namun bayarnya tetap mahal, pemasangan listrik ilegal, pencurian listrik, dan masih banyak lagi.

Untuk itu saya ingin memberikan sedikit masukan dan ide-ide untuk PLN dari sudut pandang saya sebagai penikmat listrik dan juga jika saya berada di posisi PLN, yaitu sebagai penyedia listrik.

Begini…
Sebelumnya saya akan membaginya dalam tiga kategori. Pelayanan, SDM, dan inovasi.

Pelayanan
Di zaman sekarang semua serba online. Mau bayar listrik, online. Mau menyampaikan keluhan, online. Mau pasang listrik baru, online. Semua mudah dengan sekali klik. Namun, yang sangat disayangkan adalah dalam segi tindakan.

Media pelayanan yang diberikan PLN memang komplit. Kita dapat menyampaikan keluhan lewat media social seperti facebook dan twitter ataupun menelpon call centre di 123. Namun, apalah arti semua itu jika tidak dibarengi dengan sikap cepat dan tanggap dari pekerja PLN itu sendiri. Percuma saja.

Beberapa bulan yang lalu, sewaktu saya masih kuliah di Pontianak, listrik kontrakan rumah saya mati. Saklar kilometernya diangka nol dan tidak bisa dipindahkan menjadi angka satu, yang artinya tidak bisa hidup. Sebagai orang yang gak tahu apa-apa soal listrik tentunya saya menghubungi pihak PLN lewat telpon.

Awalnya pihak PLN menanggapi. Mereka memberikan masukan begini dan begitu. Sampai akhirnya semua masukan sudah saya lakukan, namun listrik di kontrakan saya tetap saja mati.

Saya menelpon kembali pihak PLN dan meminta mereka memperbaiki listrik dikontrakan saya. Mereka bilang iya dan akan segera menuju alamat yang saya berikan. Namun, hingga malam tiba, pihak PLN tidak kunjung tiba.

Sebagai orang awam yang hanya tahu bahwa urusan listrik adalah urusan PLN, saya masih menunggu. Namun, tetap saja. Tidak ada yang datang. Akhirnya saya bersama teman saya meminta bantuan kepada tetangga. Untungnya ia mengerti sedikit soal listrik.

Ternyata, listrik mati di kontrakan saya tersebut dikarenakan saklar yang terbakar.

……

Jadi, manakah sikap PLN yang katanya siap melayani? Apakah PLN hanya mengurusi masalah listrik yang besar? Atau hanya sebagai penyedia saja?

Saya harap dengan banyaknya media pelayanan yang diberikan, PLN mampu menyeimbanginya dengan sikap cepat tanggap terhadap keluhan-keluhan yang diterima. Satu lagi, saya pikir PLN bisa menambahkan media keluhan dalam bentuk SMS. Lebih murah, mudah, dan dapat dijangkau semua kalangan masyarakat.

Inovasi
Menanggapi kenyataan bahwa listrik belum tersebar merata ke seluruh pelosok Indonesia. Saya harap PLN dapat menemukan inovasi-inovasi cemerlang. Seperti Belanda yang menggunakan tenaga angin sebagai pembangkit listrik, kita Indonesia yang dikenal beriklim tropis sebenarnya dapat memanfaat tenaga matahari. Memang mahal, tapi apa salahnya mencoba jika hasil yang akan di dapat adalah kepuasan pelanggan.

Di daerah pedalaman disana, khususnya di kota saya, Ketapang, banyak perusahan-perusahan swasta. Disana listrik hanya hidup saat malam hari saja. Tapi mereka mampu beroperasi dengan baik. Karena apa? Ya, mereka membangun pembangkit sendiri dengan menggunakan tenaga uap. Hasil dari pembakaran sampah yang dihasilkan pabriknya.

Apa PLN hanya akan tinggal diam saja? Seharusnya PLN dapat memanfaatkan hal tersebut. Dan sebaiknya PLN dapat memberikan penerangan bagi seluruh rakyat di Indonesia. Tak hanya di kota, namun juga di pedalaman pedesaan.

Misalnya, PLN dapat memanfaatkan batu bara sebagai pemasok listrik. Bukankah Indonesia salah satu Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam?! Di Kalimantan saja banyak sekali perusahaan-perusahaan yang mengurusi batu bara ini.

Ya, saya tahu PLN sudah melakukannya. Tapi apakah PLN tahu bahwa harga yang di berikan PLN tersebut tak sebanding dengan tenaga yang mereka keluarkan? Tentu saja mereka akan menjual batu bara tersebut ke pembeli yang membayar lebih mahal. Menjual ke luar negeri, misalnya. Tak heran jika PLN hanya mendapat batu bara low grade, sedangkan batu bara high grade di dapatkan oleh perusahaan luar negeri. Dengan kenyataan demikian, PLN perlu bernegosiasi ulang bersama para pengusaha batu bara ini. Baik itu soal harga ataupun soal nasionalisme.

Solusi lainnya, PLN dapat membangun sebuah perusahan yang pengawasan dan pengendaliannya di bawah PLN. Jadi, hasil batubara yang diperoleh dapat langsung didistribusikan ke PLN. Dan untuk menutupi biaya produksi batu bara low grade bisa di jual, sedangkan batu bara high grade digunakan sebagai bahan pemasok listrik.

Sebeum Indonesia benar-benar mengalami krisis listrik dalam skala besar, PLN harus segera mengambil tindakan. PLN harus berani. Demi kemajuan bangsa, demi penerangan sepanjang masa.

SDM
Menurut koran harian yang saya baca, masalah lain yang dihadapi PLN, khususnya PLN Kota Ketapang, adalah penunggakan pembayaran listrik oleh pelanggan. Saya pikir PLN sudah melakukan hal yang benar seperti melakukan peringatan dan pemutusan listrik jika tiga bulan berturut-turut tidak membayar. Terus lakukan itu.

Solusi lain, PLN dapat mempromosikan soal listrik pintar. Listrik yang dapat di manage oleh penggunanya sendiri. Tapi, kenyataannya di Ketapang para pengguna listrik pintar ini dapat dihitung jari, mungkin tak sampai 10% dari pengguna listrik di Ketapang.

Alasan sebagian besar masyarakat Ketapang enggan menggunakan Listrik Pintar ini karena biayanya yang mahal. Para pengguna listrik baru saja enggan menggunakan, apalagi pengguna lama. Ini adalah tugas PLN untuk menyebarluaskannya. Agar tidak terjadi penunggakan dan agar PLN Ketapang dapat terus berjalan.   

Tapi, apakah bisa kilometer listrik non-vocher dijadikan kilometer listrik voucher?

Jadi, dilakukaan semacam modifikasi pada kilometer listrik non-voucher tersebut. Dan pada akhirnya jadilah kilometer voucher (listrik pintar) dengan biaya yang dikeluarkan tak semahal membeli kilometer listrik voucher yang baru.

Ditambah lagi inovasi baru PLN yang ingin memudahkan pembelian voucher listrik hanya dengan melalui sms. Pasti akan sangat keren sekali. Penggunaan kilometer voucher (listrik pintar) akan merata. Dan yang paling penting dapat mengurangi sedikit beban PLN, tentunya. 

Terakhir..

Saya ingin PLN membuat suatu aksi seperti EARTH HOUR setiap tahunnya. Bukan seIndonesia tapi seKota. Jadi setiap PLN di pusat kota menetapkan satu hari untuk melakukan penghematan listrik. Bukan dengan pelanggan yang mematikan 2 lampu, tapi PLN setempat yang melakukannya. Ya, PLN memberikan waktu untuk mesin pembangkit listrik istirahat selama satu jam. Jadi, satu kota akan bertahan tanpa listrik selama satu jam.

Soal penentuan tanggal aksi, itu keputusan dari PLN di pusat kota masing-masing. Yang jelas aksi ini dilakukan setiap satu tahun sekali. Atau biar lebih kelihatan manfaatnya dapat dilakukan satu bulan sekali.

Biar hemat, biar semua dapat melihat dalam kegelapan.


Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba BLOG IdeKU untuk PLN
Yang diselenggarakan oleh PT PLN (Persero) dan BLOGdetik

Yuk ikutan memberikan Ide untuk PLN

2 komentar:

Mohon kritik, saran, dan kasih sayangnya teman - teman :D