Senin, 18 Agustus 2014

Mengantar Senja Pulang





Liburan pertama
Aku melihat lelaki itu duduk di teras rumahnya. Ada segelas kopi susu di atas meja tak jauh dari ia duduk. Kopi itu masih tersisa sepertiga bagian dari gelas yang tingginya kira-kira 5 cm. Ku pikir itu bukan kopinya. Dia tidak menyukai kopi. Apalagi susu.

Dia juga tidak menyukai cokelat. Dulu, teman sebangkuku pernah memberinya cokelat di hari valentine. Ia menerima cokelat itu tapi tidak memakannya. Ia malah memberikan cokelat itu kepada temannya. Menurutku ia memang tidak menyukai sesuatu yang manis.

Dia adalah lelaki yang sudah lama aku sukai. Secara diam-diam, tentunya. Aku menyukainya sejak dulu, sejak aku tinggal bersama kakek dan nenek. Kami, maksudku aku dan dia sekolah di SMA yang sama. Dia satu tingkat di atasku. Namun pertengahan semester kelas XI aku pindah sekolah, tinggal kembali bersama kedua orang tuaku di Jakarta.

Setiap liburan sekolah aku selalu mengunjungi rumah kakek dan nenek. Menginap semalam atau dua malam. Lalu sorenya mengantar senja ke tempat peristirahatannya di pantai.

Oh iya, rumah lelaki itu tak jauh dari pantai tempatku mengantar senja pulang.

Liburan kedua
Dia duduk di tepi pantai tampak sedang memikirkan sesuatu. Gitar yang harusnya ia petik, hanya diketuk-ketuknya saja dengan jari telunjuk. Dia tak sadar sedang kuperhatikan. Ah, memang dia tak pernah sadar sejak dulu aku sering memperhatikannya.

Senja telah pulang. Dia, lelaki yang aku sukai itu, terbangun dari lamunan, seakan jiwanya yang melayang-layang di laut sudah kembali ke raganya. Dia berbalik kemudian menoleh ke arahku. Ah, sial aku ketahuan.

Liburan ketiga
Aku tak melihat dia di teras rumahnya, juga tak menemukannya duduk di tepi pantai mengantar senja pulang. Sudah semalaman aku di rumah nenek. Tapi sosok yang menyejukkan mataku tak juga muncul.

Keesokan sorenya aku berjalan kaki menuju pantai. Aku ingin mencari dia di setiap sudut rumahnya dan jika dia kutemukan aku ingin menatapnya lebih lama lagi.

“Itu rumahnya” Batinku.

Dari kejauhan tampak seseorang duduk di atas sepeda. Aku mendekat. Kudapati sosok yang duduk di atas sepeda mini berwarna biru itu. Dia. Ya, dia, lelaki yang aku sukai. Dia melontarkan senyum padaku, aku membalas dengan senyum terbaik yang kumiliki. Ini adalah senyum pertamanya untukku. Aku akan menjaga senyum menghangatkan ini baik-baik.

Aku semakin mendekat. Kudapati seorang perempuan duduk di bangku belakang sepeda mini berwarna biru itu. Perempuan itu cantik. Tangannya melingkar mesra di pinggang lelaki yang aku sukai. Mereka tampak seperti pasangan yang sedang ingin mengantar senja pulang, sama seperti alasanku berada disini.

Lagkahku melambat. Kaki ku serasa terikat oleh rantai besi. Hatiku perih. Seakan seseorang memeras jeruk nipis ke dalam luka. Tubuhku menggigil. Seperti segerombolan salju lalu lalang di sekitarku. Aku sekarat.

Hari ini aku mengantar senja dengan luka. Di sisi lain, di tepi pantai yang dulu, Dia, lelaki yang aku sukai duduk bersama dengan perempuan cantik itu mengantar senja dengan senyum bahagia.

Aku kehilangan sebelum memiliki. Aku merasakan sakit meski aku bukan siapa-siapa. Aku hanyalah seorang gadis pengagum yang menyerahkan seluruh perHATIan untuknya. Secara diam-diam, tentunya.

***

Lagi belajar bikin cerpen, nih. Maaf, kalau rada-rada belepotan. 
Mohon kritik dan sarannya ya. Terima kasih sudah membaca. ;)

19 komentar:

  1. Dari paragraf pertama ceritanya udh bisa ditebak. Jd ngga menarik pembaca tuk membaca sampai akhir. Pemilihan kata kata ny lumayan meaki sering digunakan berulang.

    BalasHapus
  2. pengen kritik tapi gw sama sekali ga kompeten dalam cerpen.
    ini pengalaman pribadi apa fiksi?

    BalasHapus
  3. Bagus nih...... Tapi harus banyak belajar lagi yaa;))

    BalasHapus
  4. bagus kok cerpennya walau alurnya klise, tapi ismie bisa merangkainya dengan metafora yang indah, nice story. *sok pinter*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh, gitu. Ntar dicoba lagi. Thank you, kakak.

      Hapus
  5. Bagus, menurut gue, pemilihan katanya mungkin ya. gue juga lagi belajar buat cerpen nih. Kowawa!

    BalasHapus
  6. Udah bagus kok. Cuma sarannya nganu, di bagian Liburan Awal, si narator yang jadi "Aku" kenapa seolah tahu banget apa yang ada di sekitar tokoh "dia" ya, padahal si "aku" kan nggak ada di TKP. hehehe. piss \:p/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksud ceritanya, si "Aku" lagi lewat depan rumah si "Dia", gitu. Tapi kayaknya gak tersampaikan deh.

      Thank you. Ntar dicoba lagi.

      Hapus
  7. alur cerita dan pilihan katanya kalo menurutku udah bagus

    BalasHapus
  8. Lumayan, mengantar senja pulang..😀😀🌅

    BalasHapus
  9. Lumayan, mengantar senja pulang..😀😀🌅

    BalasHapus

Mohon kritik, saran, dan kasih sayangnya teman - teman :D