Perjalanan Panjang untuk Lulus (Eps. 4)

Lanjutan dari episode 1, episode 2, episode 3. 

Silahkan klik bagi yang belum baca ;)

“Jam 13.00 WIB semuanya kumpul lagi disini” ucap ibu dosen

Yep! Singkat banget hanya satu jam di Borobudur, mau ngegebet cowok aja nanggung banget dengan waktu cuma segitu. Satu jam. Tapi, bukankah peraturan itu dibuat untuk dilanggar, muehehehehe…

Dari parkiran bus sampai pintu masuk Borobudur masih bareng-bareng. Disini jalannya udah gak kayak anak bebek lagi, tetapi lebih ke gerombolan para turis gitu. Iya, turis. Mereka pakai kacamata hitam, pakai payung, puterin musik trataktakdungces jadi deh gerobak topeng-topengan itu. Untung aja gak ada musiknya.

Berhubung saat itu hari minggu, Borobudur rame banget, banyak bule dimana-mana. Sayang banget bulenya gak sendirian, tapi bareng istri dan anak. *coret bule dari daftar gebetan*

Suasana di luar pintu masuk

Sebelum masuk ke dalam area Borobudur sempet ada insiden kecil. Ya, tapi kalian tahu kan kalo ditanggepin berlebihan yang kecil itu bisa jadi besar. Apa insiden itu? Kacamata saya ketinggalan, bukan di bus tapi di Pontianak. Saya gak punya kacamata. Aaaaaaak ottokeyeo..

Seperti biasa, saya panik, namun tetap imut. Lari-lari kecil, gitu.

 

Melihat rombongan udah berjalan jauh di depan dan mas-mas/mba-mba penjual kaca mata udah kelewat, jadi ya sudahlah. Gakpapa untuk kali ini Lee Da Hee gak pake kacamata. Biar bisa lihat Borobudur lebih jelas setiap detail relief-reliefnya. Ya, walaupun matahari lagi cerah-cerahnya. Silau-silauan deh. 

 

Suasana di dalam area Borobudur

Kelihatan mana yang alay mana yang nggak, kan?

Terlepas dari inseden ketinggalan kacamata, naluri alay mah tetep aja nempel. Biasa, foto-foto. Dan tentunya masih tetap bareng anak-anak alay sebelumnya.

Yunita -Kolektor pacar berinisial "D"-

Kiri: Agus -pecinta mantan- Kanan: Poppy -pecinta brondong-

Kiri: Andika -hobby: lupa- Kanan: Anak Korea bingiiitttts

Sebelum menginjakkan kaki atau lebih kerennya mendaki Candi Borobudur. Iya, Borobudur tinggi banget, sekitar 35 meter. Kami bersembilan puluh plus dua dosen pembimbing menonton sejarah awal mula adanya Candi Borobudur.

Dalem bioskop. Iya, bioskop.

Lampu mati dan....tidur

Setelah menonton film tersebut, saya jadi tahu kalo Borobudur itu tinggi, bener-bener tinggi dan bener-bener ajaib. Lumayan lama juga tuh film, jadi lumayan juga bikin ketiduran.

Setelah menonton film, kami mulai menuju ke Borobudur. Jarak antara pintu masuk ke Borobudur lumayan jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki, kadang juga ada delman dan kereta, tapi karena hari itu hari minggu, delman dan kereta rame yang ngantri, pake banget. Jadi, kita jalan kaki, deh.

Bule.....potan

Oiya, beberapa meter sebelum bangunan candi Borobudur ada pos-pos, gitu. Jadi, mulai dari pos tersebut samapai candi Borobudur kita diwajibkan untuk memakai kain batik. Jangan khawatir, kain batiknya udah disediain di pos dan gratis. Kita juga diajari cara makainya, kalo mau juga bisa dipakein. Iya, dipakein. Serius.

Kami pake sendir, kok. iya, serius.

Tepat dilereng Borobudur, sebelum mendaki, kami berpose dulu. Bersembilan puluh plus dosen pembimbing.

ini dari foto, trus di foto lagi, lagi dan lagi, jadi kabur deh.

 Selesai foto bareng, semua pada bubar, ada yang buru-buru naik, ada yang keliling-keliling Borobudur dulu, dan ada yang gebet-gebetan dulu. Jadi, terbagilah menjadi beberapa kelompok gitu. Dan saya masih tetap bersama anak-anak alay sebelumnya, yang itu tuh, para Mpu-Mpu.

Suasana tangga naik di belakang

Lagi-lagi nganga

Bule ini maksa banget pengin foto bareng :))

Guys, Borobudur keren banget. Arsitektur dan pemandangannya sangat luar biasa indah. Saya heran bagaimana orang dulu membangun candi ini, bukankah dulu teknologi belum secanggih sekarang. Tapi, dari situ saya juga berpikir, bukankah teknologi yang canggih itu ciptaan dari manusia itu sendiri. Jadi, pada dasarnya manusia itulah yang cerdas. Dulu, sekarang, dan dimasa depan sama. Hanya waktu dan "seberapa tekunkah" yang membedakan. Bukankah begitu?
 

Yunita, Jheny, Lee Da Hee

Biar apa begini? Biar apaaaaa?

Lee Da Hee capek

Saking asiknya menikmati keindahan Borobudur, saya dan para anak alay lewat dari waktu yang ditentukan. Ya, jadi kita jalan ala orang jepang deh, cepat tapi pelan, pelan tapi cepat. FYI jalan keluar dari Borobudur itu jauh banget, lebih jauh dari jalan masuknya. Aje gile.

Di bus ibu dosen udeh duduk manis aja. Setelah semua anggota lengkap, bus berangkat melanjutkan perjalanan lagi ke Bapelkes Salaman, Magelang. Tentunya lewat dari waktu yang sudah ditentukan. Hohoho

Oke, guys. Sampai disini dulu. Kita ketemu lagi di episode 5 ya.

To be continued...