Senin, 10 Maret 2014

Asem - Asem Manis



Tulisan mas Indra di buku keduanya #TulangRusukSusu sukses menggagalkan kerja keras saya selama satu tahun terakhir ini. Mulai dari Bab Tulang Rusuk Susu sampai Stroberi Yang Pergi, semua mengingatkan saya tentang kisah cinta asem-asem manis saya dahulu.

ini tersangkanya.

Benar kata orang, masa-masa SMA adalah masa-masa yang paling menyenangkan. Masa dimana kita mencari-cari jati diri, membangun persahabatan dan menemukan seseorang yang memiliki ruang kosong di salah satu rangka tubuhnya. Yup, tulang rusuk. Mungkinkah ruang kosong itu disediakan untuk saya??

Pria tinggi dengan senyum simpul super manis yang duduk tepat dua bangku di depan saya, sukses mengalihkan perhatian saya akan suasana ributnya anak-anak kelas XI IPA2 yang sedang rebutan tempat duduk. Ya, saat itu baru saja kenaikan kelas, dari kelas X ke kelas XI.

Sebelum kelas dimulai, guru meminta kami untuk memperkenalkan diri satu persatu. Ternyata, pria dengan senyum membelit itu bernama Rangga, anak dari kelas X E. Sudah setahun saya dan dia berada dalam sekolah yang sama. Tapi, baru hari itu saya melihat sosoknya, pria yang mampu mengalihkan perhatian saya. Sebagai salah satu siswi terkece saya merasa gagal.

Suatu hari entah ada angin apa, Rangga tukeran tempat duduk. Dia duduk tepat di depan saya lalu membalikkan badannya. Saya memasang ekspresi bingung, padahal gemeter. Dia bertanya “lagi ngapain?” dan saya menjawab seadanya. Dari situ percakapan kami berlanjut. Dia bener-bener seneng musik, jago main gitar dan mempunyai banyak koleksi buku-buku kumpulan chord gitar gitu. Tanpa berpikir panjang lebar lagi, saya bilang “Pinjam dong”. Kebetulan saya juga seneng musik dan ingin belajar bermain gitar. Ini bener-bener kebetulan bukan dibetul-betulin loh ya.

Keesokan harinya, Rangga membawa buku itu. Aaaaaaaakkk.

Satu tahun bersama dalam satu kelas. Hubungan saya dan rangga hanya sebatas teman dan pinjam-pinjaman buku chord gitar. Nyaman itu lebih penting daripada status, kawan.

Memasuki kelas XII saya dan Rangga beda kelas. Tapi, meskipun berbeda kelas hubungan kami malah semakin dekat. Rangga mulai sering sms untuk sekedar nanyain "lagi apa" atau "sudah makan belum". Classic, but it makes me so happy. Kita sering membahas soal musik, sepak bola (maklum saat itu lagi musim Piala Dunia), dan soal “kita”. Namun, hubungan ini hanya terjadi dalam zona “sms”. Saat ketemuan, dua-duanya saling menundukkan kepala. Malu, itu yang selalu mengganggu saya.

Sampai suatu sms terkirim dari Rangga.

“Aku suka sama kamu”

Wowowowowowow saya bales.

“Aku suka sama kamu ????”

Dan Rangga membalas sms saya dengan jawaban yang tidak pernah saya harapkan. Satu persatu harapan saya pudar. Cerita-cerita manis yang telah kami lewati bersama kini terasa begitu asem. Hari-hari terakhir saya di masa-masa SMA pun menjadi kelabu tanpa Rangga. Kami menjadi begitu jauh.

Sampai hari kelulusan tiba. Tidak ada komunikasi lagi antara saya dan Rangga. Satu-satunya hal manis yang saya miliki tentang Rangga adalah rekaman di saat ia tampil bersama bandnya di acara perpisahan. Jika suatu saat nanti saya kangen dengan senyum khasnya itu, saya punya penawarnya. Bagi saya ini sudah cukup.

Hari terakhir kami berlalu tanpa kata pisah. Perih.

Satu tahun setelah hari perpisahan itu tulang rusuk saya masih belum berpemilik. Tulang rusuk yang hampir bernaung di rangkanya itu, saya rasa tertinggal ketika saya hendak mencoba mencocokkannya.

Tiba-tiba saja, Rangga muncul lagi. Tepat di saat raga saya sudah tidak mampu membendung rasa kangen itu lagi. Tuhan telah mempertemukan kembali saya dan Rangga setelah memisahkan kami selama satu tahun. Hubungan kami menjadi dekat kembali. Smsan dan jalan bareng, rasa kangen dan sakit saya perlahan terobati.

Tapi, Rangga sudah tidak sendiri lagi, dia sudah memiliki pacar. Meski saya merasa bahagia, akan ada hati lain yang tersakiti. Ya, pacarnya Rangga. Jadi, atas nama cinta saya memutuskan untuk menyerah terhadap Rangga. Merelakannya setelah lontang-lantung menantinya. Bukankah cinta tak selalu harus memiliki?

Mungkin, Tuhan mempertemukan saya dan Rangga kembali bukan untuk bersama. Tetapi, untuk mengembalikan tulak rusuk saya yang tertinggal di raganya Rangga. Dan untuk membuktikan bahwa saya hanyalah tulang rusuk susu bagi Rangga. Pedih, memang.

Saya yakin, suatu saat nanti saya akan menjadi tulang rusuk permanen bagi seorang laki-laki hebat di luar sana yang telah dipersiapkan oleh Tuhan. Rencana Tuhan pasti lebih indah.

***

Tulisan ini diikutsertakan dalam #SAYEMBARATULANGRUSUKSUSU yang diadakan oleh @indrawidjaya dan @bukune. Yang mau ikutan silahkan kepoin blognya Mas Indra di www.indra-widjaya.com


Terima kasih.

NB: Bukan nama sebenarnya

22 komentar:

  1. Nama cowoknya Rangga? Sama dong kayak tokoh fiksi yang gue ciptain hahaha. Apa jangan-jangan memang orang yaang sama? Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan nama sebenarnya kok. Wuuooooh jangan-jangaaan.

      Hapus
  2. Let's move on. Semoga kelak tulang rusuk permanennya lbh baik dari Rangga (bukan nama sebenarnya kan?)

    Sukses untuk sayembaranya ya :D

    BalasHapus
  3. Iya keren ceritanya. Salutttttttttt

    BalasHapus
  4. pengalaman yang ngenes sekali. haha. gua penasaran, apasih balesannya. kok jadi jauh2an gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gpp, Ga. Mungkin saya cuma tulang rusuk susu doang buat dia.

      Hapus
  5. masa sma emang paling nyenengin, sering ngumpul sama temen dan menikmati hidup. kalo udah kuliah ribet ama skripsi. wehehe :D

    BalasHapus
  6. Hmm miris. Tapi begitulah cinta. :))
    Btw, itu bukannya si Rangga yang nembak ya? tapi kok dia yang memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan yang diharapkan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, itulah yang sampai sekarang saya masih bingung dan malu mau nanyain soal itu. Gak mungkin juga kan hp dia ngirim sms sendiri.

      Hapus
  7. duh gitu banget ya ceritanya, tetep semangat move on aja deh ;)

    BalasHapus
  8. Miriss banget :'( ternyata cerita kita gak jauh beda... aku juga pernah ngalamin yang begitu, cuma versi lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah teman senasib sepenanggungan nih. Gpp, rencana Tuhan pasti lebih indah, mba. *tos*

      Hapus
  9. gue sangat terharu banget denger ceritanya....
    moga aza kamu dapat tulang rusuk yang sejati yahh !

    BalasHapus
  10. Aku udah baca "Tulang Rusuk Susu", dan beneran buku itu bagus. Indra memang pintar bercerita...

    BalasHapus

Mohon kritik, saran, dan kasih sayangnya teman - teman :D