Jumat, 07 November 2014

Lelaki Keras Kepala

picture by me (instagram @iszzme)

“Selamat pagi, Mar”

Laki-laki ini sungguh keras kepala. Meski seringkali aku abaikan pesan singkatnya, tak mengangkat panggilan telepon darinya ataupun sembunyi ketika dia ingin bertemu, Ia tetap saja mencoba memenangkan hatiku. Yang ku anggap malah mengganggu ketenangan hari-hariku.

Entah aku yang masih mengharapkan pengakuan dari kekasihku dulu atau mungkin memang laki-laki ini yang tak masuk kriteria lelaki idamanku, aku tak tahu. Untuk pria seusianya, ia cukup mapan. Wajah lumayan tampan dan ku pikir ia juga sangat baik hati.

Namun, tetap saja hatiku menolak. Apalagi untuk sekedar mengenal. Membalas pesan singkatnya saja aku enggan, apalagi membalas kasih sayang yang dia berikan. Aku tak kuasa melakukan itu.

“Selamat makan siang, Mar”

Lagi-lagi ia mengirimiku pesan singkat. Mengucapkan selamat pagi saat aku bangun, mengucapkan selamat makan siang, bahkan mengirimiku sebuah nyanyian syahdu pengantar tidur via blackberry messenger.

Aku akan mengakhiri semua itu. Hari ini. Aku tak mau ia terluka lebih dalam jika terus kudiamkan begini. Aku akan mengatakan langsung kepadanya, bertatap muka, bahwa aku tak dapat menerima semua perlakuan baiknya selama ini.

“Kamu bisa ke café depan kantorku sekarang?”
“Iya, aku segera kesana”

10 menit kemudian Ia datang.

“Maaf membuatmu menunggu, Mar”
“Beno, bolehkan aku membuat satu permintaan?”
“Satu permintaan? Lebihpun boleh jika itu bisa membuatmu selalu tersenyum, Maria”
“Jangan mengucapkan selamat pagi-siang-malam lagi, jangan mengirimiku nyanyianmu lagi, jangan menelponku lagi, jangan membelikanku martabak lagi, jangan meninggkalkan pekerjaanmu untuk bertemuku lagi, jangan.. Ben.. Jangan untuk semua tentang aku. Tolong abaikan aku, Ben”.

Ia terdiam. Pandangannya tak lepas sedikitpun dari mataku. Saat itu aku melihat ketulusan di matanya. Lembut seperti ucapan selamat pagi darinya, hangat seperti nyanyian syahdunya, dan manis seperti martabak yang sering ia belikan. Ingin ku tarik semua yang telah kuucapkan dan mencoba membuka hati untuknya, sekali lagi.

Namun, senyumnya membuat lidahku kelu. Kini aku yang berbalik diam.

“Baiklah, Maria”.

Ucapnya sembari melontar seraut senyum, lalu meninggalkan ku pergi.

6 BULAN KEMUDIAN…

Ku pandangi handphoneku yang letaknya di atas meja tak jauh dari tempat tidur. Masih berbaring, ku pandangi langit-langit kamar. Sekilas bayangan laki-laki keras kepala itu muncul. Dengan senyum manis yang baru kusadari saat aku menginginkannya pergi dari kehidupanku enam bulan yang lalu.

Sejak saat itu hatiku terasa amat sakit. Aku yang menginginkannya pergi tapi dalam waktu yang sama hatiku menyiapkan ruang untuknya. Aku mulai merindukannya.

Sampai saat ini aku masih saja merindukannya. Hari demi hari semakin merindu. Menunggu pesan singkatnya setiap pagi sudah menjadi kebiasaanku. Namun tetap tak ada pesan yang masuk. Selain keras kepala, ku pikir ia juga laki-laki yang menepati janji. Janji yang kupinta padanya untuk mengabaikanku.

Hari ini aku akan menghubunginya. Aku sudah tak sanggup membendung rindu karenanya. Aku akan meminta maaf padanya, berlutut jika itu perlu. Aku tak mau kehilangan lagi laki-laki yang dengan tulus menyayangiku.

“Selamat pagi, Beno. Apa kabar?”

Aku mengirinya pesan, berulang kali, tapi tak mendapat balasan. Menelpon juga sudah kulakukan, tapi tetap saja tak mendapat tanggapan. Setiap kali aku datang ke kantornya, sekretarisnya selalu bilang ia sedang di luar. Ataupun saat aku makan siang di café depan kantorku, aku selalu menemukan segelas caffucino yang sering ia pesan di meja tempatnya duduk memandangiku dulu. Tapi, Ia bersembunyi. Sepertinya ia masih kesal padaku. 

Aku benar-benar merasa diabaikan. Tapi, aku tak akan menyerah begitu saja. Bukankah dulu aku juga sering mengabaikannya dan bukankah dulu ia tetap saja menghubungiku. Aku mulai menjadi keras kepala karena lelaki ini.

Dan akan tetap menjadi keras kepala sampai lelaki keras kepala ini memaafkanku.


Writen by Ismie Nurbarina.
What do you think, guys? Comment it, please..

10 komentar:

  1. Wihi bagus nih. Pertanyaannya adalah, apakkah ada curhatan terselubung di dalam cerita ini?

    BalasHapus
  2. sambil curhat ini mah......,salam dari urang sunda....

    BalasHapus
  3. Keren banget, mi. Wah iya jangan-jangan ada curhat yang terselubung nih? :D

    BalasHapus
  4. Awesome short storyy!

    Aku suka plot nya. Smaa deskripsi nya yang ngalir banget nggak kebanyakan kata bertele-tele kayak cerpen sastrawan wkwk.

    Yuukkk kirim ke AOmagz!!
    Sekalian sama karya-karya yang lain yaaa
    Sekalian gabung jadi kontributor juga seru wkwk

    Ditunggu ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks, Ul.

      Yup. Ntar dikiri. Untuk jadi kontributor masih belum kayaknya, Ul. Takut nggak konsisten. Blog ini aja desember kemarin khilaf nggak ada postingan sama sekali.

      Hapus
  5. kadang suka kebalik gitu yang tadinya kita ingin dia pergi ekh pas giliran dia udah pergi kitanya malah kepikiran terus :)

    BalasHapus

Mohon kritik, saran, dan kasih sayangnya teman - teman :D